Hai semua semoga selalu dalam keadaan sehat ya kawan. Beragam aktivitas yang akan kita jalankan pasti akan terganggu kalau kita dalam keadaan sakit. Lingkungan yang kurang sehat bisa jadi penyebabnya termasuk tercemarnya limbah domestik ke sumber air. Terkadang kita tidak sadar bahwa kita kerap kali bersentuhan langsung dengan kotoran, termasuk urusan sanitasi yang terkadang sering dianggap sebagai urusan belakang. Jangan sampai pengelolaan sanitasi terkait air limbah domestik diabaikan karena hal ini melibatkan kualitas hidup masyarakat.
Pentingnya Sanitasi Aman bagi Kesehatan Masyarakat
Bertepat disekitaran Tebet Raya, saya bersama para blogger lainnya diajak untuk lebih mengenal pentingnya sanitasi yang dikelola secara aman. Bersama USAID IUWASH PLUS dan PD PAL JAYA saya merasa tersentak bahwa ada lho disekitaran kita yang masih buruk perihal sanitasinya. Sesi talkshow yang dihadiri oleh Ibu Ika Fransisca selaku Advisor Bidang Pemasaran dan Perubahan Perilaku USAID IUWASH PLUS, juga hadir bpk DR. Subekti SE.,MM selaku Direktur Utama PD PAL JAYA dan terakhir kak Zaidah Umami dari Bidang Kesehatan Lingkungan, Puskesmas Kecamatan Tebet. Bertepatan dengan Hari Toilet Sedunia yang jatuh pada tgl 19 November, saya semakin sadar bahwa pentingnya sanitasi aman bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Berbicara mengenai barang buangan (hajat), ternyata di Kota Jakarta saja masih ada yang BABS (Buang Air Besar Sembarangan) seperti di selokan, kali, sungai, taman, plastik kresek, bahkan dikuburan. Hal ini sangata disaayangkan karena saya yakin penyebaran bakterinya akan sangatlah cepat seperti bakteri e colli. Saya saja sampai nggak bisa ngebayangin ketika memiliki ruangan sanitasi, tapi limbahnya langsung masuk ke drainase dan ini juga termasuk BABS lho.
Saya pun menyadari hidup di Ibu Kota semua serba mahal, termasuk untuk urusan tempat tinggal. Untuk mengusahakan jarak antar sanitasi aman yang harusnya 10 meter tentu bukan perkara mudah bahkan cenderung berat untuk sebagian masyarakat yang hidup pas-pasan. Maka jangan heran pada tahun 2018 saja rata-rata kejadian diare di Indonesia mencapai 7%, dan tingkat stunting masih di atas 30%. Dan pada tahun 2017? Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan bahwa 75% sungai di Indonesia tercemar, 60% polutan disumbangkan oleh air limbah domestik yang tidak diolah.
Pelayanan Pengolahan Air Limbah oleh PD PAL JAYA
Untuk pengolahan limbah di Jakarta ternyata dapat dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu pipa dan nonpipa. Sesuai apa yang dipaparkan oleh bpk DR. Subekti SE.,MM bahwa dengan pipa mekanismenya yaitu dari rumah dimasukkan ke pipa kemudian akan diolah oleh pusat dan ternyata lokasinya ada tidak jauh dari tempat saya tinggal yaitu di Setiabudi. Untuk yang nonpipa sendiri yaitu dari rumah kerumah baru disedot dan nanti diolah kembali melalui Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Pulo Gebang dan Duri Kosambi. Untuk Jakarta sendiri mengerahkan sekitar 150 - 200 truk untuk pengolahan lumpur tinja.
Terkait lumpur tinja yang ternyata sudah kita buang ternyata sangat mungkin bakterinya akan kembali ke kita, atau keluarga kita lho. Contohnya seperti ini kawan, sebentar lagikan musim hujan dan dibeberapa wilayah di DKI Jakarta masih terindikasi banjir. Nah air kotoran yang keluar dari got depan rumah terus wilayahnya banjir tentu saja dapat nempel kemana-mana termasuk kedalam rumah. Termasuk juga popok-popok bayi yang tidak diolah, ketika kering tentu saja bakterinya bisa kemana-mana. Pliss jangan dibayangkan ya untuk yang ini. Termasuk bangkai hewan seperti kecoa atau tikus yang tanpa kita sadari ternyata mampu menyebarkan ribuan bakteri juga.
Salam STBM, Lebih Bersih Lebih Sehat
Berbicara mengenai kesehatan yang disampaikan oleh Zaidah Umami ternyata ada 4 tahapan, yaitu: Promotif, Kuratif, Prefentif dan Rehabilitasi. STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) yang berupaya agar lingkungannya sehat agar masyarakatnya tidak sakit. Berbicara sanitasi ternyata ada kaitannya dengan dosa jariyah, lho kok kenapa bisa disebut dosa jariyah. Secara tidak langsung ketika kita tidak peduli terhadap lingkungan maka dampaknya akan kekeluarga sendiri bahkan lingkungan sekitar. Sanitasi total itu semacam gerakkan dari masyarakat, oleh masyarkat dan untuk masyarakat. Seperti halnya pembuatan MCK Umum diseluruh Indonesia. Saat ini perlu adanya membangun perubahan perilaku terhadap masyarakat bagaimana pentingnya lingkungan yang sehat.
Kunjungan Langsung ke Tebet Timur RW 10
Bertempat dikawasan Tebet, kami semua diajak melihat langsung kondisi di lapangan, tepatnya di Tebet Timur RW 10 bagaimana kondisi sanitasinya, termasuk juga mengunjungi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Komunal, melihat tangki septic individu warganya dan praktek penyedotan lumpur tinja oleh PD PAL JAYA. Ternyata sudah ada kesadaran dari beberapa warga terkait kesehatan. Saatnya memulai untuk membiasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa seperti membiasakan cuci tangan memakai sabun.
Saya semakin sadar untuk lebih peduli terhadap lingkungan, bahkan saya sendiri saja lupa kapan terakhir kali dilakukan penyedotan tinja. Yang saya ingat malah sebelah kost saya yang sudah pernah melakukan sedot lumpur tinja, jadi saya mengetahui secara persis dimana lokasi septic tanknya berada. Termasuk bagaimana truk PD PAL JAYA melakukan penyedotan lumpur tinja dengan benar. Semoga tidak ada lagi berita septic tank meledak seperti pemberitaan yang sedang heboh belakangan ini.
Komentar
Posting Komentar